Kampanye
Public Relations (PR campaign) dalam
arti sempit bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran (target audience) untuk merebut perhatian
serta menumbuhkan persepsi atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari
suatu lembaga atau organisasi (corporate
activities) agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari
masyarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi
dan jangka waktu tertentu yang berkelanjutan.Dalam arti lebih umum atau luas,
kampanye public Relations tersebut memberikan penerangan terus-menerus serta
pengertian dan memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program
tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang berkesinambungan dan
terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang positif.
Dalam
peranan atau praktik lapangan Public Relations sehari-hari bahwa kampanye
tersebut akan berbeda pengertiannya dengan propaganda. Melakukan kampanye (PR
campaign) di sini lebih menitikberatkan untuk membangun suatu saling pengertian
dan pemahaman (soft selling) melalui
persuasi dari khalayak sasaran. Sedangkan propaganda, selain bertujuan untuk
mencari pengikut atau dukungan , juga untuk tujuan membangun suatu pengertian
dari khalayak sasaran, tetapi lebih menitikberatkan unsur “paksaan” (hard selling) disamping melakukan
persuasi.Keduanya sama aktivitasnya dalam penyampaian pesan atau isu melalui
proses berkomunikasi dengan menggunakan media massa dan media non massa.
1. Kampanye
yang dikenal
Jika
ditarik suatu kesimpulan dari uraian di atas bahwa kampanye tersebut menyangkut
kepentingan lembaga, organisasi, perusahaan, peluncuran suatu produk barang
atau jasa, hingga bidang politik, ekonomi, sosial dan seni budaya, olahraga,
program pembangunan nasional dan sebagainya. Kegiatan kampanye dilakukan pada
event tertentu dan jangka waktu tertentu yang dirancang sedemikian rupa,
aktarktif, kreatif, dan dinamis dalam rangka untuk mempengaruhi pihak lain.
Kegiatan kampanye itu biasanya memuncak dalam event tertentu untuk menarik
perhatian, dukungan, pemahaman, dan meningkatkan kesadaran, sekaligus
mempengaruhi masyarakat tentang suatu isu, tema, dan topik tertentu, seperti
berikut :
1) Kampanye
pemilu
2) Kampanye
KB nasional
3) Kampanye
gerakan disiplin nasional (GDN)
4) Kampanye
gerakan gemar menabung nasional
5) Kampanye
mencegah HIV / AIDS
6) Kampanye
kadarkum (kesadaran hukum)
7) Kampanye
anti merokok, anti alkohol, dan anti narkotika
2. Proses
dan bentuk kampanye
Proses
kampanye melalui komunikasi tersebut, antara lain merupakan penyebaran
informasi, pengetahuan, gagasan, atau ide untuk membangun atau menciptakan
kesadaran dan pengertian melalui teknik komunikasi. Sedangkan bentuk dan
komunikasi dalam melakukan kampanye sebagai berikut :
1) Komunikasi
intrapersonal
2) Komunikasi
antarpersonal (face to face)
3) Komunikasi
kelompok (group communication)
4) Komunikasi
massa (mass communication)
5) Komunikasi
melalui media massa dan media nirmassa
A.
METODE
KAMPANYE PUBLIC RELATIONS
Metode
kampanye Public Relations dilakukan secara berencana, sistematis, memotivasi,
psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serta kontinu (repetition and
continue). Sebaliknya jika kampanye tersebut dilakukan secara insedential atau
hanya dilakukan sekali, tertentu, dan terbatas, maka hal ini jelas tidak
bermanfaat atau kurang berhasil untuk mengolkan suatu tema,materi, dan tujuan
dari kampanye.
Sebelumnya
sudah disinggung, dalam kampanye tidak terlepas dari komunikasi yang bersifat
membujuk (persuasif) dan mendidik (edukatif), yaitu berupaya untuk mengubah
perilaku, sikap bertindak, tanggapan, persepsi, hingga membentuk opini public
yang positif dan mendukung atau yang menguntungkan segi citra dan sebagainya.
Ø Source
Penemu, Ilmuwan, Pemimpin
Ø Message
Penemuan baru yang diumumkan, dll
Ide,gagasan, dll
Ø Channel
Saluran komunikasi massa : media massa, Antar personal
Ø Receiver
Sistem anggota kemasyarakatan yang ada
Ø Effects
Konsekuensinya :
1.
Pengetahuan baru
2.
Perubahan sikap
3.
Persuasif
4.
Menerima atau menolak
Dalam berkomunikasi atau menyampaikan pesan(message),
misalnya melalui teknik periklanan (advertising) sebagai alatnya (tool of PR
campaign) dan rencana media plan (rencana pemasangan iklan promosi), baik di
media cetak maupun media elektronik, akan menjamin untuk “penyampaian
pesan-pesan iklan” sebagai sarana komunikasi yang efektif, seperti diungkapkan
dalam pepatah : right people in the right place and the right time, and the right choise.
B.
ETOS KERJA KOMUNIKATOR DALAM KAMPANYE PR
Komunikator merupakan “tokoh sentral” dalam suatu proses
kampanye secara efektif dan efisien karena ia harus memahami proses secara
seksama mengenai berbagai hal yang terkait dengan komunikasi dalam penyampaian
pesan kepada public. Komunikator harus terampil dalam membaca dan mendengar
(listening) dan bukan sekedar “hear” terhadap aspirasi yang muncul di dalam
masyarakat. Sikap komunikator harus proaktif, dinamis, kreatif, dan inovatif,
tetapi tidak agresif untuk meraih berbagai kesempatan dengan mengabaikan hak
pihak lain untuk memperoleh kesempatan yang sama.
Etos kerja sebagai persyaratan utama bagi komunikator
(Public relations Officer) ketika menjalankan perannya dalam berkampanye. Oleh
karena itu, nilai pribadi komunikator merupakan perbaduan sebagai berikut :
a.
Memiliki kemampuan
b.
Memiliki kejujuran
dan integritas pribado
c.
Memiliki standar
moral yang tinggi
d.
Iktikad yang baik
(good will)
e.
Dapat dipercaya dan
diandalkan (credibility & favaourable)
Filsuf Aristoteles mengambarkan bahwa “Etos komunikator”
tersebut tercermin pada :
a.
Perasaan baik (good
sense)
b.
Akhlak yang karimah
atau insan kamil (good moral)
c.
Watak yang baik
(good character)
C.
TEKNIK BERKAMPANYE
Untuk berhasilnya suatu persuasi dalam berkampanye
melalui berbagai teknik agar dalam penyampaian pesan (message) kepada
audiensinya cukup efektif, antara lain beberapa teknik kampanye yang lazim
dipergunakan dalam kegiatan public relations atau periklanan, yaitu sebagai
berikut :
a.
Partisipasi
(participasing)
Partisipasi, yaitu teknik yang mengikutsertakan
(partisipasi) atau peran serta komunikasi atau audiensi yang memancing minat
atau perhatian yang sama kedalam suatu kegiatan kampanye dengan tujuan untuk
menumbuhkan saling pengertian, menghargai, kerja sama, dan toleransi.
b.
Assosiasi
(association)
Association yaitu menyajikan isi kampanye yang berkaitan
dengan suatu peristiwa atau obyek yang tengah ramai atau sedang dibicarakan
agar dapat memancing perhatian masyarakat. Misalnya “three in one”, maka orang
akan ingat akan pembatasan penumpang mobil pribadi yang melewati jam tertentu
di kawasan jalan protokol Jakarta.Secara cerdik pihak produsen kosmetika
(shampoo) menggunakan kata-kata “Dimension three in one” yang akan menambah
daya pengenalan tinggi.
c.
Teknik integratif
(integrative)
Teknik ini bagaimana untuk menyatukan diri (komunikator)
kepada khalayaknya secara komunikatif dengan mengucapkan kata-kata : “kita,
kami, Anda sekalian atau Anda, dan sebagainya, yang artinya mengandung makna
bahwa yang disampaikan pihak komunikator bukan untuk kepentingan dirinya atau
perusahaannya, atau bukan untuk mengambil keuntungan sepihak, tetapi mengambil
manfaat secara bersama, demi untuk kepentingan bersama.
d.
Teknik ganjaran (pay
off technique)
Teknik ganjaran bermaksud untuk mempengaruhi komunikan
dengan suatu ganjaran (pay off) atau menjanjikan sesuatu dengan “iming-iming
hadiah”, dan lain sebagainya dengan dua kemungkinan :
1.
Bisa berupa benefit
(manfaat),kegunaan,dan sebagainya
2.
Bisa berupa
ancaman, kekhawatiran, dan suatu yang menakutkan
e.
Teknik penataan
patung es (icing technique)
Hal ini merupakan suatu upaya dalam menyampaikan pesan
(message) suatu kampanye sedemikian rupa sehingga enak dilihat, didengar,
dibaca, dirasakan dan sebagainya.
f.
Memperoleh empati
(empathy)
Suatu teknik berkampanye dalam menempatkan diri dalam
posisi komunikan, ikut merasakan dan “peduli” situasi atau kondisi pihak
komunikan. Biasanya dalam public relations dikenal dengan sosial responsibility
and humanity relations.
g.
Teknik koersi atau
paksaan (coersion technique)
Dalam komunikasi melakukan kampanye lebih menekankan
suatu “paksaan” yang dapat menimbulkan rasa ketakutan atau kekhawatiran bagi
pihak komunikan yang tidak mau tunduk melalui suatu ancaman tertentu.
Disamping itu ,ada resiko yang dihadapi dalam berkampanye
yang dapat menggagalkan teknik persuasi atau menbujuk pihak khalayak sasaran
(target audience), yaitu sebagai berikut.
1.
Penyesatan suatu
pengertian atau pemahaman tentang tema kampanye yang tengah dilancarkan oleh
pihak lain (kompetitor)
2.
Merusak atau
memalsukan isi atau materi pesan (to make the message invalid)
3.
Menafsirkan suatu
pesan dengan ukuran menurut pengertian atau pandangan sepihak
4.
Memberikan pesan
yang bahasanya terlalu sukar untuk dimengerti atau dicerna maksud dari pesan
yang hendak disampaikan itu.
D.
MATERI DAN ISI PROGRAM KAMPANYE
Materi dan isi kampanye tersebut biasanya menyangkut
a.
Tema, topik, dan
isu apa yang ingin diangkat kepermukaan agar mendapat tanggapan
b.
Tujuan dari kampanye
c.
Program atau
perencanaan acara dalam kampanye ; dan
d.
Sasaran dari
kampanye yang hendak dicapai.
Komponen-komponen setiap langkah penggiatan program
kampanye tersebut dibentuk secara berangkai, mulai dari
1.
Analisi situasi dan
audit komunikasi
2.
Merumuskan tujuan
dan target waktunya
3.
Menentukan
publiknya (target audience)
4.
Menentukan media
5.
Menetapkan anggaran
untuk kampanye tersebut
6.
Program penggiatan
kampanye,dan
7.
Analisi hasil
program tersebut dan aplikasinya, berhasil atau tidaknya berdasarkan “planing your
work and working your plan”
Kemudian sebagai acuan untuk mengukur keberhasilan dari
program kampanye PR tersebut, tergantung pada apa dan bagaimana masalah yang
akan dihadapi oleh setiap kegiatan, lembaga, atau organisasi, serta perusahaan
melalui peranan PR.Sedangkan sebagai tolak ukurnya atau langkah terakhir adalah
target atau sasaran yang hendak dicapai, yaitu sebagai berikut.
a.
Memperoleh citra
positif
b.
Memperoleh
kepercayaan
c.
Realitasnya atau
bukan khayalan walaupun sasarannya tidak berwujud (intangible) seperti point
pertama dan kedua tersebut diatas, tetapi bisa dirasakan melalui kesan, baik
secara individual maupun opini publik yang diterima secara positif